Someone Like Me (Your Eyes) [8-?]

Title : Someone Like Me (Your Eyes)

Genre : Brothership, Family, Hurt

Cast : Cho Kyuhyun, Kim Kibum

Rated : Fiction T

Warning : Typo(s), Geje, Bored, Drama, Bad Plot, OOC (Out of Character). Dia *nunjuk Cho Kyuhyun* masih diusahakan milik saya. Don’t like it? Don’t read it! Mind to RnR?

Disclaimer : All cast isn’t mine. I own only the plot. Don’t copy paste without permission.

.

.

.

8

Kyuhyun menatap ngeri pada pemuda seusianya yang kini tengah menghabiskan ramyeon cup ketiganya. Entah Kyuhyun harus senang atau kesal. Dia harus membayar banyak makanan sekarang –yang bahkan harusnya bisa dia gunakan selama seminggu, namun melihat wajah lega Junho entah mengapa membuat Kyuhyun senang. Jadi yang Kyuhyun lakukan hanya menghela nafas.

Kyuhyun sendiri sudah menghabiskan 1 ramyeon cup. Dia tak berniat menambah, bukan karena tak lapar, tapi karena melihat bagaimana rakusnya sosok Junho disampingnya. Kyuhyun jadi tak nafsu makan.

Namun Kyuhyun sadar, kecanggungan itu mulai terbentuk lagi. Sejak masuk ke mini market ini, dia bahkan Cuma mengucapkan kalimat “Ambil saja ramyeon sebanyak yang kau mau” –ini kalimat yang Kyuhyun sesali, dan Junho hanya mengangguk. Kemudian tak ada pembicaraan. Mereka makan dalam diam. Entah menikmatinya atau hanya tak tahu harus memulai pembicaraan apa. Dan Kyuhyun lebih yakin dia tak membuka mulut lagi karena tak tahu harus berbicara apa.

Beberapa hari mengenal Junho, Kyuhyun tak pernah membayangkan berada diposisi ini. Duduk berdua dengan Junho dan mentraktirnya makan ramyeon. Sepuasnya. Mereka tak pernah dan tak seharusnya berada dalam posisi seperti hari ini. Sosok disampingnya adalah Junho, seseorang yang menjadikannya bully-an di sekolah. Dan dia adalah Kyuhyun, seseorang yang tak mungkin mendapat sikap baik Junho.

“Kenapa?”

Diam-diam Kyuhyun menghela nafas lega begitu suara Junho terdengar. Kyuhyun sendiri baru saja kembali dari mesin minuman. Dia meletakan sebotol air mineral disamping Junho sedangkan dia langsung menegaknya.

“Kau tak berniat bunuh diri kan?” tanyanya akhirnya setelah Junho tak juga mengalihkan pandangan darinya.

“Aku masih waras. Pikiranku tak sependek itu” Junho mendengus, tersinggung nampaknya dengan pertanyaan Kyuhyun. Meski harus dia akui, ada sebersit pemikiran bodoh itu dikepalanya saat meninggalkan cafe. Dia ingin mengakhiri semuanya. Tapi karena panggilan Kyuhyun, dia berakhir disini. Dan bisa berpikir dengan kepala dingin. Haruskah dia berterimakasih pada Kyuhyun?

“Syukurlah” tak ada nada bersyukur disana, namun Junho menyadari ada ketulusan dari ucapan Kyuhyun yang terkesan datar. Jadi dia diam saja. “Jangan bunuh diri” kata Kyuhyun. Anak itu kini menatap Junho. Itu sebuah perintah –setidaknya itu dari nada yang digunakan Kyuhyun.

Junho mendengus, “Kubilang—”

“Meski tak menjanjikan penyelesaiannya. Jika merasa perlu berbagi, kau bisa datang padaku” potong Kyuhyun. Mata cokelatnya menatap datar pada Junho, namun begitu penuh ketulusan. Kyuhyun sekali lagi bertaruh, dia menawarkan sesuatu yang tak pernah akan terjadi jika hubungan keduanya masih seperti disekolah. Sebuah pertemanan. Dia sedang menawari Junho!

Bagus sekali, Cho!

“Kenapa?”

Junho menanyainya dengan dingin, dengan tatapan menelisiknya, dengan pertanyaan yang juga masih bergelayut dikepalanya. Kenapa? Kyuhyun juga tak tahu. Dia hanya tak suka melihat Junho bersikap out of character dari karakter disekolah. Kyuhyun kenal Junho dengan tatapan mengintimidasi dan bermain-main, dengan senyum miring yang membuat Kyuhyun ingin melemparkan kursi miliknya ke wajah Junho. Bukan Junho dengan pandangan kosong yang duduk sendiri didalam cafe, bukan Junho yang menatapnya seolah dia bukan Kyuhyun si bahan bully-an yang membuat bibir Junho menyunggingkan senyum puas.

“Kenapa melakukan ini?”

Kyuhyun menghela nafas, membuang muka ke arah lain –asal tak bertatapan dengan Junho. Kyuhyun tahu tak mudah memang mendapatkan kepercayaan orang. Kyuhyun tahu, karena dia pun tak mudah percaya pada orang. Dunia yang Kyuhyun jalani memaksanya tak sembarang mempercayai orang. Mungkin dunia Junho juga seperti itu. Jadi dia paham mengapa Junho bertanya seperti itu. Kyuhyun tak tersinggung. Sungguh.

Tak menyahut, Kyuhyun malah melangkah ke kasir. Benar-benar membayarkan makanan Junho. Dan tanpa menoleh pada Junho dia berjalan meninggalkan mini market. Kyuhyun masih ingat meninggalkan pekerjaan demi memastikan kalau Junho tak melakukan hal bodoh.

“Kau belum menjawab” itu suara Junho. Ketika Kyuhyun melirik, Junho berjalan dua langkah dibelakangnya.

“Kurasa karena sifat sok peduliku yang mendarah daging. Tak penting. Yang penting kau tak melakukan hal bodoh” katanya. “Sampai jumpa” dan kemudian berjalan lebih cepat, meninggalkan Junho yang menatapnya dalam diam.

.

.

“Jadi?”

Manager Han ampir tersedak kopinya ketika Kibum memulai pembicaraan. Ini pertama kalinya sejak Manager Han mengenal Kibum, tuan mudanya ini mengajaknya bicara lebih dahulu.

“Saya sering bilang kalau Tuan Besar peduli pada anda lebih dari yang anda tahu kan, Tuan Muda?” tanyanya. “Ini salah satunya” lanjutnya disambut Kibum dengan alisnya yang naik sebelah, masih tak bisa menebak maksud dari ucapan Manager Han.

Kibum tahu dia pintar, dia ingat kalimat-kalimat semacam itu dari Manager Han. Namun dia terbiasa mengabaikannya. Kali ini entah mengapa Kibum sedikit menyesal mengabaikan ucapan Manager Han. Kibum hanya, dia merasa bosan mendengar kalimat-kalimat yang sama setiap harinya. Hingga dia tanpa sadar memerintahkan otaknya untuk mengabaikan Manager Han jika pria itu sudah mulai berbicara tentang betapa Ayahnya begitu peduli padanya. Kibum tahu jadi dia merasa tak perlu mendengarnya dari orang lain.

“Anda berbeda akhir-akhir ini” ucapan Manager Han menyadarkan Kibum dari lamunannya.

“Kita tidak sedang membicarakan diriku” Kibum berucap tak suka.

Manager Han tersenyum, tak tersinggung. Kibum yang dikenalnya memang seperti itu, karenanya meskipun kehidupan Kibum terlihat sempurna bagi orang lain, Kibum tetap tak bisa memiliki orang yang dia percayai selain Ayahnya. Bahkan Manager Han sendiri tak yakin, apa posisinya termasuk orang yang dipercayai Kibum atau bukan. Kibum adalah sebuah labirin, tak bisa dipahami dengan mudah.

“Menyadarinya atau tidak, tapi ini berhubungan” Manager Han kembali tersenyum. “Katakan pada saya, siapa orang yang karenanya Anda sampai membuat perusahaan merugi ratusan juta won?”

Deg

“Kyuhyun” Manager Han menjawab sendiri. “Seseorang yang hanya karena alasan tugas kelompok membuat anda melakukan itu. Padahal kita semua tahu, Kim Kibum tak pernah membutuhkan orang lain, orang lain lah yang membutuhkan Kim Kibum”

Kibum diam saja, namun otaknya tengah memproses penjelasan Manager Han. Kyuhyun. Nama itu seolah menjadi magnet untuknya. Entah mengapa, namun sejak pertemuan pertanya dengan Kyuhyun, Kibum yakin ada yang tidak beres dengan kerja jantung dan otaknya. Ada perasaan nyeri, rindu, marah yang bercampur ketika degupan jantungnya berpacu cepat hanya karena sosok Kyuhyun berbicara, menatapnya atau berada disampingnya.

“Anda melewati garis yang anda buat sendiri, Tuan Muda” Kibum melirik Manager Han. “Haruskah saya menyebutkan semua hal tak wajar dari anda jika berhubungan dengan Kyuhyun?” tantang Manager Han.

“Seberapapun sibuknya Tuan Besar, dia tetap seorang Ayah yang ingin tahu kehidupan putranya. Beliau mungkin tak pandai mengekspresikannya pada anda, seperti anda. Tapi mendengar seorang Kim Kibum yang membuat benteng agar tak didekati orang tiba-tiba menyebut seseorang dengan sebutan ‘teman’, tentu membuat Tuan Besar senang”

“Karena itu Ayah memintamu mencari tahu tentang Kyuhyun?”

Manager Han mengangguk, “Saya tidak memberitahu pekerjaan Ibu Kyuhyun” seolah tahu kekhawatiran Kibum, Manager Han buru-buru berucap. Bagaimanapun dia juga senang bahwa Kibum telah menemukan seseorang yang yang bisa dia sebut ‘teman’, seseorang yang bisa melawan Kibum tanpa membuat Kibum melakukan hal untuk menyingkirkannya.

“Percayalah Tuan Muda, keingintahuan Tuan Besar hanya karena beliau takut bahwa Kyuhyun bukanlah orang yang baik” Manager Han berdiri. “Melihat bagaimana ekspresi Tuan Besar, saya yakin beliau senang anda berteman dengan Kyuhyun” Manager Han bekerja untuk keluarga Kim sejak dulu, dia paham berbagai ekspresi Ayah Kibum. Dan ekspresi Tuan Kim ketika keluar dari mobil setelah Kyuhyun ditarik Kibum bukanlah ekspresi ketidaksukaan. “Kalau begitu saya permisi dulu”

“Manager Han” panggil Kibum sebelum Manager Han berlalu dari dalam kamarnya. Ketika pria itu kembali berbalik dengan pandangan bertanya, Kibum segera menghela nafas, memastikan pertanyaan yang akan keluar dari mulutnya dijawab jujur oleh Manager Han. “Dia—Kyuhyun, memiliki mata yang mirip dengan Ayah, kan?”

Deg

Manager Han terdiam. Pria itu memang tak pernah bertatapan lama dengan Kyuhyun sekedar memastikan tak ada yang direncanakan pemuda seusia Kibum pada Kibum –seperti yang biasa dia lakukan pada orang-orang disekitar Kibum. Namun harus dia akui, mata yang menatapnya datar itu, mengingatkannya pada mata Tuan Kim. Warna cokelat yang begitu dikenalinya.

“Tuan Muda”

“Aku tahu jawabannya” potong Kibum. Pemuda itu kembali menyesap kopinya, mengabaikan Manager Han yang menatapnya dengan tatapan yang entah apa sebelum kembali berpamitan untuk keluar kamar Kibum.

.

.

Kyuhyun menghela nafas begitu mendapati bangkunya dipenuhi coretan. Pandangannya menelisik ke seluruh siswa di penjuru kelas yang tengah menatapnya sambil berbisik entah apa. Siapapun dikelas ini bisa menjadi pelaku, karenanya Kyuhyun tak mau berasumsi bahwa ini adalah perbuatan Junho cs, meski memang matanya akhirnya tetap saja tertuju pada bangku Junho cs. Hanya ada dua teman Junho disana, dan keduanya nampak sibuk dengan ponsel mereka. Entahlah. Tapi Kyuhyun yakin itu hanya pengalihan dari tatapan yang dia lakukan.

Menghela nafas panjang, Kyuhyun memilih mendudukan dirinya sambil membuka buku pelajaran. Dia anak beasiswa, dan dia dimasukan kedalam kelas yang prestasinya berada diatas rata-rata siswa sekolah ini. Jadi dia harus belajar agar setidaknya nilainya cukup untuk mempertahankan beasiswanya. Jadi dia akan mengabaikan kelakukan entah siapa yang mengotori bangkunya. Setidaknya hari ini.

“Kyuhyun-ah, sudah mengisi formulir pendaftaran eskul?” suara Jaehyun membawa Kyuhyun menoleh pada pemuda itu. Didalam kelas memang hanya Jaehyun yang berani bertanya padanya. Sisanya tak ada. Bahkan Jonghyun yang diluar kelas selalu mengikuti Kyuhyun-pun tak berani bertanya didalam kelas. Seolah ada aturan tak kasat mata yang dibuat entah oleh siapa. Baiklah, Kyuhyun tak peduli. Dia hanya perlu belajar dengan baik, lulus kemudian bisa kuliah.

Kyuhyun mengambil kertas formulir dari ranselnya. “Boleh aku memberikannya langsung pada Jung ssaem?” ada yang harus Kyuhyun jelaskan mengenai dia tak memilih satupun eskul yang tertera di formulir.

Jaehyun mengangguk tanpa berpikir kemudian meminta Kyuhyun mengikutinya. “Sudah tahu siapa yang mengotori bangkumu?” tanya Jaehyun ketika keduanya sudah berada diluar kelas.

“Mau memberitahuku?” Kyuhyun balik bertanya, namun terkesan sinis ditelinga Jaehyun. Jadi Jaehyun berasumsi kalau Kyuhyun sudah tahu siapa yang melakukannya.

“Siapapun bisa jadi tersangka, termasuk kau. Jadi aku tak mau menuduh” Jaehyun terkekeh. Lucu dengan jawaban Kyuhyun. Anak itu bilang tau mau menuduh tapi tanpa sadar sudah menuduhnya.

“Kau benar. Apa yang jadi alasanku kira-kira?” ada sesuatu yang membuat Jaehyun suka berbicara dengan Kyuhyun. Kyuhyun berbeda.

“Entah, mungkin kau kesal padaku?” sebuah pertanyaan dengan nada malas itu membuat Jaehyun tergelitik.

“Kenapa?”

“Aku sering sok menasehatimu?” nadanya bertanya namun Jaehyun mendengar nada kesal disana.

Keduanya memasuki ruang guru, mencari meja Jung ssaem. Wanita itu langsung melambaikan tangan begitu melihat sosok keduanya.

“Ada apa ini?” Jaehyun hanya tersenyum, itu pertanyaan untuk Kyuhyun. jadi setelah meletakan kertas formulir di meja Jung ssaem, Jaehyun segera pamit.

“Duduk dulu, Kyu” Kyuhyun menurut, menarik kursi agar berhadapan dengan Jung ssaem. “Ada apa?” ulang Jung ssaem.

“Saya tidak bisa mengikuti satupun eskul, ssaem” nadanya datar, seolah tak peduli. Namun Jung ssaem tahu ada kepedulian dari mata Kyuhyun yang menatapnya datar.

Waeyo?”

“Anda tahu jawabannya”

“Hanya ingin mendengar langsung darimu”

Kyuhyun mendengus, “Saya tidak berada diposisi untuk bisa ikut hal-hal semacam itu. Ada hal lain yang harus saya lakukan”

“Saya ingin memahami posisimu, Kyuhyun-ah. Tapi kita sama-sama tahu kalau sekolah ini punya aturan yang orang sepertiku tidak bisa membuat pengecualian meskipun aku menginginkannya untukmu”

“Saya tahu ssaem” Kyuhyun mengangguk, tersentuh oleh kebaikan wali kelasnya. “Sebenarnya saya bisa meminta ijin di hari Senin”

Jung ssaem melirik formulir Kyuhyun yang sudah berpindah ke tangannya. “Ada 2 eskul yang bisa kau pilih” Kyuhyun tanpa sadar mendengus. Dia sudah membacanya dan dari dua eskul itu tak ada satupun yang menarik perhatiannya. “Jaehyun ada di klub jurnalistik dan” jeda “Junho ada diklub basket” lanjut Jung ssaem. Wanita itu kemudian terkekeh kecil. “Sebenarnya kau mau meminta pendapatku kan?” tebaknya.

Kyuhyun mendengus. Anak itu berdiri kemudian, membuat kekehan Jung ssaem terhenti. “Saya akan pikirkan saja sendiri” katanya. Jaehyun bukanlah orang yang dekat dengan Kyuhyun. mereka hanya beberapa kali terlibat percakapan –seperti tadi. Dan soal Junho, Kyuhyun tak yakin dia bisa mengikuti eskul dengan nyaman jika ada Junho cs disana, meskipun pertemuan terakhir mereka memberikan kesan cukup baik bagi Kyuhyun.

Jung ssaem mengangguk, “Baiklah. Akhir minggu ini kau harus sudah menentukan”

Kyuhyun mengangguk kecil kemudian membungkuk pada Jung ssaem. Dia akan kembali ke kelas sebelum suara Jung ssaem kembali membuat Kyuhyun menoleh. “Tidak terjadi hal buruk kan, Kyu? Hari ini?” alis Kyuhyun naik sebelah sebagai reaksi atas pertanyaan yang diajukan Jung ssaem. “Seperti ucapan selamat ulang tahun misalnya?”

Kyuhyun terkekeh sebelum menggeleng pelan. “Terimakasih atas kepedulian anda, ssaem

“Kau harus melawan, Kyu. Dengan begitu paling tidak mereka akan berpikir ulang untuk mengerjaimu lagi”

“Mereka tidak seburuk itu ssaem” Kyuhyun kembali membungkuk sebelum benar-benar berlalu.

.

.

Kibum lagi-lagi melirik Ayahnya, mengerutkan kening memikirkan alasan Ayahnya tiba-tiba mengajaknya berangkat bersama. Ayolah, Ayahnya bukan seperti Ayah orang lain yang menyempatkan waktu diwaktu sibuknya untuk mengantarkan Kibum ke sekolah. Ayahnya tidak seburuk itu sih. Tapi mengantarkan Kibum ke sekolah? Rasa-rasanya Kibum masih tak percaya.

“Kita sampai Kibum”

“Aku tahu” Kibum menyahut, namun anak itu malah menghadapkan dirinya pada Ayahnya sambil melipat tangannya didepan dada. “Katakan padaku, apa alasan Ayah mengantarku?”

Tuan Kim tertawa, “Apa tak boleh?”

“Itu bukan Ayah sekali”

Tuan Kim memutar bola matanya malas. “Aku sedang berperan sebagai Ayah yang baik untuk putranya” mulai lagi. Ayahnya bisa mendadak konyol begini. Kibum ingat, terakhir kali Ayahnya berperilaku konyol itu saat dinasehati Ibu tirinya untuk menyiapkan sarapan dihari ulang tahun Kibum. Sungguh. Kibum tak tersentuh. Ia malah merasa aneh.

“Apa kali ini wanita itu meracuni otak Ayah lagi?” satu-satunya yang bisa menjadi dalang kekonyolan Ayahnya adalah wanita itu.

“Wah Ayah tersinggung” meski mengatakan hal itu, Tuan Kim tetap menunjukan wajah datar. Khas sejaku. Pria itu kemudian memilih merapikan jas mahalnya sebelum tiba-tiba keluar dari dalam mobil, membuat Kibum mendelik kesal. Apa mau Ayahnya sih?

Dengan gerakan secepat kilah Kibum segera menyusul sang Ayah. “Ayah!” panggilnya dengan nada kesal yang tak biasa. Tentu saja. Kibum bukanlah anak yang mudah mengungkapkan perasaannya. Dan kenapa nada yang keluar seperti dia tengah merajuk? Seorang Kibum merajuk?! Kibum terdiam sendiri setelahnya.

“Kenapa turun?” alis Tuan Kim menyatu. “Ayah?!” ketusnya karena Tuan Kim hanya menatapnya.

“Sejak kapan kau peduli pada Ayah?” ada senyum tersembunyi dibibir Tuan Kim. Dan Kibum terlalu kaget dengan pertanyaan Ayahnya sehingga tak menyadarinya. Anak itu berdehem pelan sebelum kembali memasang wajah datar pada sang Ayah.

“Ayah ada keperluan dengan Kepala Sekolah” Kibum menautkan alisnya, tanda ia tak percaya alasan yang dikemukakan Ayahnya. Dan Tuan Kim tak peduli. Pria itu melanjutkan kembali jalannya sebelum lagi-lagi suara Kibum menginterupsinya. Dengan malas dia menunggu Kibum berdiri didepannya. Anaknya ini benar-benar sosok yang seperti dirinya ketika muda. Sulit mengekspresikan dirinya, sulit jujur tentang perasaannya. Tuan Kim merasa melihat dirinya ketika muda pada sosok Kibum, namun dengan bola mata berwarna hitam seperti milik istrinya. Kibum adalah perpaduan sempurna dia dan mantan istrinya.

“Dia anak baik-baik. Apapun latar belakang keluarganya, dia anak baik. Dan aku tak akan membiarkan Ayah melakukan sesuatu yang akan menyusahkannya” begitu tegas, khas Kibum sekali.

Kibum sudah memikirkannya, lebih baik dia mengatakan ini untuk berjaga-jaga jika Ayahnya mengetahui pekerjaan Ibu Kyuhyun. Karena meskipun nampak menerima Kyuhyu sebagai sosok yang Kibum panggil teman, Ayahnya bukanlah sosok yang akan menyerah mencari tahu latar belakang Kyuhyun, apalagi mengingat Manager Han sepertinya bukan hanya menutupi apa pekerjaan Ibu Kyuhyun tapi juga hal lainnya yang bahkan Kibum tak tahu. Karenanya tak menutup kemungkinan Ayahnya menyuruh kaki tangan lainnya mencari tahu latar belakang Kyuhyun.

Dan Kibum mau memberitahu Ayahnya dia tidak akan tinggal diam jika Ayahnya mengganggu Kyuhyun. entah, sepertinya sifatnya yang ingin melindungi ini muncul tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Dan Kibum sendiri tak mau mencari tahu alasannya. Dia hanya merasa Kyuhyun adalah orang yang senasib dengannya.

Tuan Kim tertegun. Sekali lagi, Kibum menunjukan sifatnya yang lain, yang tak pernah dia tunjukan untuk orang lain. Kepedulian. Hei! Tuan Kim tahu Kibum bukanlah golongan anak ramah yang sok peduli pada orang lain. Kibum terdidik menerima semua kepedulian palsu dari para penjilat keluarga Kim. Anak itu tumbuh dewasa dengan sifat keras sebagai benteng dirinya dari manusia-manusia penjilat disekitarnya.

“Sudah Ayah bilang, Ayah hanya mau bertemu Kepala Sekolah. Ayah masih pendonor beasiswa terbesar disini kalau kau lupa”

“Karena itu—” Kibum memutar bola matanya dengan ekspresi malas yang kentara. “Jangan mengusiknya” lanjutnya dengan tegas.

Alis Tuan Kim naik sebelah mendengar ucapan Kibum. namun beberapa saat kemudian menganggukan kepalanya sambil menyunggingkan senyum miring. Tuan Kim paham sekarang. Kyuhyun anak beasiswa.

.

*TBC*

.

.

Akhirnya chapter 8 selesei juga ^^

Ada yang nunggu fanfic ini? Hehe

Thank you banget buat yang udah ninggalin review-nya, dan maaf gak bisa nyebutin kalian satu-satu.

Gak banyak cuap-cuap deh. Semoga aku bakal secepatnya update chapter selanjutnya ya ^^

Annyeong *bow*

Tinggalkan komentar