Missin’ U (23-?)

Title : Missin’ U

Genre : Brothership, Family, Hurt, Tragedy, Drama

Cast : Cho Kyuhyun, Kim Kibum, Shim Changmin, Park Jungsoo, Kim Heechul

Rated : Fiction T

Warning : Typo(s), Geje, Bored, Drama, Bad Plot, Ooc(Out of Character). Dia *nunjuk Cho Kyuhyun* masih diusahakan milik saya. Jangan mengcopy paste meskipun menyertakan nama. Don’t like it? Don’t read it!

Disclaimer : All cast isn’t mine. I own only the plot.

Summary : Dulu aku mengira tak ada yang salah dengan persaudaraan kita. Sekarangpun aku masih berpikir begitu. Tapi hyung, mengapa kau berubah? Aku merindukanmu yang dulu, yang memelukku ketika musim dingin datang, yang menggandengku ketika musim semi datang. Hyung—12 tahun, apa kau tak merindukanku?

.

.

©PrincessKyunie©

Present

.

Enjoy reading!

.

.

Chapter 23

Kyuhyun menghentikan langkahnya ketika Kibum membuka pintu pagar rumah megah yang sangat ia rindukan. Rumah yang kini mengembalikan memori-memori masa kecilnya yang membahagiakan hanya dengan melihatnya. Tanpa sadar anak itu menghela nafas lega, membuat Kibum tersenyum kecil meski perasaan bersalah itu mendominasinya. Kibum berharap dia tak mengingatkan Kyuhyun pada memori jelek dirumah mereka ini. Terdengar egois memang.

“Siang Ahjusshi

Satpam keluarga Kim yang tengah meminum kopinya tersedak begitu mendengar Kibum menyapanya. Ingat, Kibum tak pernah menyapanya, bahkan selalu menganggapnya transparan, tak pernah mengucapkan sepatah katapun padanya.

“Eh? Siang Tuan muda” sapanya sambil berdiri. “Anda membawa teman?” tanyanya ketika melihat Kyuhyun dibelakang Kibum. Cukup takjub mengetahui Kibum membawa seseorang kerumah.

Kibum menggeleng sebagai jawaban. Pria itu memang tak bekerja cukup lama untuk mengetahui apa yang terjadi pada keluarganya. “Anda akan tau nanti, ahjusshi” jawabanya sambil menoleh pada Kyuhyun yang masih menatap rumah mereka dengan mata yang mulai mengembun.

“Ayo masuk”

Kyuhyun tersentak ketika tangan Kibum kembali menggenggam pergelangan tangannya. Mengangguk sebagai jawaban dan Kyuhyun sudah ditarik Kibum menuju pintu utama mansion Kim.

“Jangan menangis” peringat Kibum didepan pintu utama. Kyuhyun meliriknya dengan mata mendelik. “Aku tak suka melihatmu menangis, dongsaengah” lanjutnya.

“Siapa yang menangis” Kyuhyun menyahut sambil menoleh ke arah lain, supaya tak bertatap muka dengan Kibum, atau dia akan menangis. Ucapan Kibum yang begitu tulus tentu menyentuh hati Kyuhyun dan Kyuhyun tak bisa berjanji dia tak menangis jika masih menatap mata hitam Kibum yang terlihat tulus.

Geurae. Kau bukan bocah lagi” Kibum tersenyum kecil, sebelah tangannya yang tadinya hendak mendorong pintu beralih keatas puncak kepala Kyuhyun, mengusak rambut cokelat adiknya yang entah mengapa selalu begitu lembut.

Kyuhyun mendengus, menepis tangan Kibum dari atas kepalanya. “Aku sudah menyisirnya!” katanya galak.

Kibum makin tak bisa menyembunyikan senyumnya. Tak membalas –karena Kibum tahu membalas ucapan Kyuhyun tak akan menyelesaikan perdebatan dan mungkin malah akan membuat mereka semakin berdebat hal tak penting, Kibum memilih mendorong pintu utama mansion Kim.

Dan Kyuhyun kembali terpaku. Sepasang manik matanya yang bulat itu meneliti setiap lekuk ruang tamu, melangkah masuk dengan pandangan masih mengamati ruang itu. Tak banyak yang berubah, hanya sofa saja yang berganti mode. Kyuhyun tahu, sejak dulu orang tuanya tak menyukai sesuatu yang diubah-ubah.

Dan sekarang, bahkan hanya dengan menghirup wangi ruang tamu ini –yang masih didominasi wangi bunga Lily –Ibunya selalu memesan bunga Lily asli untuk mengisi vas bunga diatas meja dan beberapa sudut ruangan setiap beberapa hari sekali, membuat kenangan masa kecilnya berputar dikepala.

“Kau pulang cepat Kibum?”

Deg

Deg

.

.

Kyuhyun duduk dengan tidak nyaman di ruang keluarga. Bukan, bukan karena ada perubahan di ruang keluarga yang selalu menjadi favoritnya dulu. Bahkan tempat ini masih sama dengan sofa yang sama, karpet yang sama, televisi besar yang sama dan tempat PS yang sama –bahkan rasa-rasanya stick PS sudah melambai-lambai agar Kyuhyun lekas menyentuhnya.

“Ibu senang kau datang, Kyu”

Itu yang membuat suasana menjadi mendadak canggung untuknya. Bahkan sekarang dia merasa canggung juga pada Kibum yang duduk santai disampingnya, atau memang begitulah sifat Kibum? Harus Kyuhyun akui, kehadiran Ayah dan Ibu kandungnya masih membuatnya segan, masih ada sesuatu yang membuat batas dimana dia tak bisa bersikap bahwa dia juga putra mereka.

Terkutuklah Kibum yang berbohong padanya. Dia bersedia ikut Kibum karena kakaknya itu mengatakan kalau Ayah dan Ibu tidak ada dirumah. Karena sejujurnya Kyuhyun masih belum cukup percaya diri bertemu mereka berdua.

“Kalian sudah makan siang?”

“Tentu saja belum, yeobo” Tuan Kim tersenyum geli mendengar pertanyaan istrinya yang terlalu antusias. “Mereka akan makan siang setelah ganti baju, begitu kan Kibum?”

Kibum mengangkat bahu acuh, membuat Tuan Kim menggelengkan kepalanya kesal. Kibum kembali seperti Kibum dulu. Bukan, bukan Kibum yang membatasi dirinya untuk didekati, tapi Kibum mereka yang dulu, yang hangat hanya pada Kyuhyun.

“Baiklah, kalian ganti baju saja dulu. Ibu akan buat makan siang” Nyonya Kim baru akan berdiri ketika Kibum memekik dengan suara keras.

“Apa yang kau lakukan?” pemuda itu menatap kesal pada Kyuhyun.

“Kau berbohong padaku!” desis Kyuhyun sambil melirik tajam pada Kibum. Sungguh, ia tak bisa lagi menahan kesalnya pada Kibum. Apalagi setelah kakaknya itu bersikap acuh menjawab pertanyaan Ayahnya. “Dan kau harus sopan pada Ayah, bodoh!”

Berbeda dengan Kibum yang masih meringis memegangi perutnya yang dicubit Kyuhyun, Tuan Kim merasa ada debaran yang membuat semua kebahagiaan berkumpul diperutnya, mengaduk-aduk kemudian membuncah didadanya ketika Kyuhyun menegur Kibum agar lebih sopan padanya.

“Tidak apa-apa, Kyu” Tuan Kim menengahi dengan perasaan haru. Kegiatan ini, beliau begitu merindukannya, ketika dia menengahi pertengkaran konyol si sulung dan bungsu Kim. “Hyung-mu kan memang begitu” dan langsung dihadiahi tatapan kesal dari Kibum.

“Dasar menyebalkan” dengus Kyuhyun.

“Sana ajak adikmu ganti baju” usir Tuan Kim sebelum Kibum semakin menatapnya kesal.

.

.

Kyuhyun mengintip dibalik tembok, menikmati senyum mengembang Ayah dan Ibunya beserta Kibum yang kini sudah duduk mengelilingi meja makan. Dia tadi beralasan ingin mandi dahulu ketika Kibum mengetuk pintu kamar mandi, menyuruh kakaknya itu turun lebih dahulu.

Kyuhyun hanya belum siap memperhatikan mereka dengan kepala tegak. Ia masih canggung pada mereka. Ia juga tak tahu harus bersikap seperti apa agar tak menyakiti perasaan mereka karena dia masih sangat canggung. Karena beberapa tahun yang terlewati seperti dinding pembatas dia dengan mereka.

Lagipula tadi Kyuhyun senang saja berada dikamar Kibum. Nuansa khas kamar Kibum nyatanya tak berubah, dominasi warna hitam dan putih. Tadinya Kibum sempat mengantarkan Kyuhyun ke kamarnya dulu, tapi Kyuhyun tak mau masuk, belum siap bernostalgia. Kamarnya pastinya menyimpan banyak kenangan manis, Kyuhyun juga kangen gantungan yang akan menyala jika dia mematikan lampu, tapi kamarnya juga menyimpan kenangan buruk. Dan Kyuhyun belum siap bernostalgia dengan kenangan buruk itu.

“Sedang apa disana?” suara dingin khas Kibum membuat Kyuhyun menggaruk tengkuknya yang tak gatal, kiku, ketahuan tengah memperhatikan mereka dengan sembunyi-sembunyi.

Ragu, namun kaki Kyuhyun tetap melangkah mendekati ketiganya. Dia mengerjap lucu ketika melihat Kibum menarik kursi untuknya, kursi miliknya. Begitu Kyuhyun mendudukan dirinya disana, dia tak kuasa menahan senyum. Padahal hanya kursi, tapi rasanya bahagia sekali.

“Bagaimana?”

“Apanya?” alis Kyuhyun bertaut.

“Kursinya”

Kyuhyun mendengus kesal namun tak urung wajahnya memerah. Memangnya kelihatan sekali dia begitu bahagia hanya karena bisa duduk dikursi yang sejak dulu diklaim miliknya ya?

“Pertanyaan bodoh” jawabnya ketus.

Kibum terkekeh, bahagia bisa menggoda adiknya. Dulu, dia sering sekali menggoda Kyuhyun agar adiknya itu menunjukan wajah menggemaskan atau memelas dan meminta bantuan Ayah dan Ibu mereka, hingga dia mendapat tatapan sekarang-hentikan-kibum dari Ayah dan Ibunya.

Kyuhyun tak berubah, begitu pikir Kibum. Kyuhyun tetaplah Kyuhyun-nya. Ia pikir waktu yang mereka lewati mengubah sifat Kyuhyun yang mudah tersenyum hanya karena hal kecil, namun ternyata tidak. Kyuhyun tetaplah adiknya yang dengan sifatnya itu membuatnya selalu iri –karena tak bisa menghargai hal-hal kecil.

Sedangkan Tuan dan Nyonya Kim tersenyum melihat interaksi keduanya. Pun tak berniat menyela. Mereka tahu Kyuhyun masih canggung dan dengan masuknya mereka pada pembicaraan atau interaksi keduanya akan membuat Kyuhyun kembali menutup dirinya, meski sebenarnya Tuan dan Nyonya Kim juga ingin berlaku seperti dulu.

Kyuhyun tak mengeluh ketika Nyonya Kim menyimpan lauk ke atas piringnya meski dia melihat ada potongan sayuran disana. Dan hanya menatap dengan mata membulat ketika melihat Kibum mengambil potongan sayuran dipiringnya kemudian menggantinya dengan bulgogi dari piring Kibum.

“Makan yang banyak” katanya. Persis seperti dulu. Kyuhyun kembali tersenyum kecil.

Nyonya Kim tersenyum lebar. Dia tahu Kibum akan mengambil potongan sayuran dipiring Kyuhyun –seperti dulu, karena itu kebiasaan Kibum.

“Ah ya” Kyuhyun meletakan sendok dan garpu ditangannya, berjalan kearah dia menyimpan coat cokelat kesayangannya saat atang tadi kemudian kembali dengan membawa sesuatu ditangannya. “Igo” katanya sambil meletakan 3 buah tiket pameran yang tadi juga dia berikan pada Changmin. “Dad dan aku akan mengadakan pameran” Kyuhyun mengatakannya dengan gugup. “Maksudnya aku hanya menyumbang beberapa lukisanku” ralatnya ketika mengartikan tatapan intens ketiga anggota keluarganya itu adalah tatapan ragu dengan kalimat ‘aku akan mengadakan pameran’. “Kalau ada waktu silahkan datang”

“Tentu saja kami ada waktu” Nyonya Kim menarik 3 tiket diatas meja dengan senyum lebar. “Kami akan datang” katanya mantap. Jika pun dia ada jadwal hari itu –ngomong-ngomong beliau belum melihat tanggal pamerannya, dia akan membatalkannya. Saat ini, Kyuhyun adalah prioritas utamanya. Keluarganya adalah yang utama. “Yeobo?”

“Tentu saja kami akan datang” Tuan Kim mengangguk, tersenyum pada Kyuhyun.

Kyuhyun ganti melirik Kibum setelah mendapat reaksi memuaskan Tuan dan Nyonya Kim, meminta kepastian kakaknya, lebih tepatnya. Ketika melihat Kibum mengangguk, Kyuhyun akhirnya bisa tersenyum lega. Anak itu kemudian kembali melanjutkan makan siangnya, tak menyadari tiga pasang mata menatapnya dengan senyum bahagia. Kyuhyun bahkan sesekali melempar senyum atau reaksi ketika namanya disebut oleh ketiganya. Kyuhyun rasa ini sudah cukup. Atau dia juga perlu menginap?

.

.

“Kami mau tidur, Bu” ini protesan dari mulut Kibum. Pemuda datar itu sudah meletakan buku yang sejak tadi coba dibacanya, namun sayangnya otaknya kini tengah terisi sepenuhnya oleh kehadiran Kyuhyun dirumah mereka. Bahkan dia hampir melompat-lompat saat Kyuhyun disarankan Tuan Cho menginap dirumahnya. Untungnya dia punya pertahanan yang bagus.

“Ya tinggal tidur saja, Kibum”

Jawaban Ibunya membuat Kibum mendengus keras. Ibunya ini sejak tadi –sejak Kyuhyun mengatakan akan menginap, merecoki kamarnya –karena Kyuhyun tak mau masuk kamarnya dengan alasan sudah betah dikamar Kibum. Bahkan sempat menyuruh maid mengganti bedcover favorit Kibum, yang untungnya ditolak Kyuhyun sebelum Kibum sempat menolak mentah-mentah.

Ayahnya juga sama. Bahkan keduanya malah menyamankan diri di ranjang milik Kibum ketika melihat Kyuhyun keluar dari kamar mandi setelah mengganti dengan piyamanya yang lucu –bahkan dimata Kibum.

Padahal sejak tadi Kibum ingin bicara berdua dengan Kyuhyun. Dia punya misi meluluhkan hati Kyuhyun agar mau menerima donor jantung yang ditawarkan Hangeng. Dan kalau ada orang tuanya, Kyuhyun jadi begitu kaku –ini sedikit membuat Kibum merasa kasihan pada Ayah dan Ibunya.

“Dengan kalian disana?” pertanyaan retoris Kibum hampir membuat Kyuhyun tergelak, lupa kalau dia baru saja gugup karena diperhatikan tiga orang yang sudah lama dirindukannya. Kibum hyung-nya memang tidak pernah berubah.

“Ya sudah tidur sana” Ibunya berdiri dengan tidak rela. Ayahnya juga. “Kyuhyun-ie” Kyuhyun terkesiap ketika Ibunya menatapnya lembut. “Kalau kau haus, air minumnya ada disana. Kalau sudah habis, Kyu bisa memanggil Ibu” Nyonya Kim ingat kalau Kyuhyun itu takut pergi ke dapur sendiri. Kyuhyun juga selalu terbangun tengah malam dan kehausan karenanya sejak dulu beliau selalu menyediakan air minum di nakas agar Kyuhyun tak perlu ke dapur jika haus.

Kyuhyun tersenyum garing. Tak tahu harus menjawab apa. Ibunya masih mengingat semua kebiasaan dan hal yang dia takuti. Namun dia masih begitu canggung. Kyuhyun merasa bersalah, namun membuka diri pada mereka juga bukan hal mudah. Kyuhyun hanya berharap Ayah dan Ibunya mau bersabar menunggu dia.

Kibum memutar bola matanya malas. “Aku bisa mengantarnya ke dapur kalau dia tak berani sendiri. Tak harus mengganggu tidur Ayah dan Ibu” kata Kibum. Dia yakin kalau tak ada Kyuhyun, mungkin sekarang ini kepalanya sudah mendapat dua pukulan.

Akhirnya setelah memaksa Kyuhyun berbaring, dan menyalakan lampu tidur untuk Kibum dan Kyuhyun, yang sempat mendapat protesan dari Kibum, Ayah dan Ibu keluar dari kamar Kibum.

“Mereka aneh sekali” ini komentar Kibum setelah pintu tertutup rapat. Yang hanya mendapat kekehan dari Kyuhyun.

“Kibum hyung” panggil Kyuhyun. Kibum bergumam sebagai jawaban dia akan mendengarkan Kyuhyun. “Kenapa warna hitam dan putih mendominasi kamarmu?”

Kibum mengernyit, merasa aneh dengan pertanyaan Kyuhyun. Namun dia tetap menajawabnya. “Aku hanya suka sesuatu yang konstan”

“Kupikir kau akan menjawab, ‘karena aku menyukai warna hitam dan putih'” kekeh Kyuhyun.

“Itu juga alasannya” Kibum menoleh, mendapati Kyuhyun menatap langit-langit kamarnya. “Kenapa kau berpikir aku akan menjawab seperti itu?”

“Karena itu jawaban paling sederhana”

“Kau tak suka hal rumit” komentar Kibum. Meski menyukai matematika, Kyuhyun tak menyukai hal-hal rumit. Adiknya selalu suka hal yang paling sederhana. “Kalau dikamarmu, bintang-bintang akan menyala sekarang” sebuah pernyataan. Kibum selalu suka jika Kyuhyun mulai merengek padanya minta ditemani tidur dikamarnya. Kibum juga suka saat gantungan berbentuk bintang di kamar Kyuhyun menyala ketika mereka mematikan lampu.

Kyuhyun menoleh, “Aku tidak suka gelap” seulas senyum bisa Kibum lihat.

“Kau suka melukis?”

“Dad menyukainya. Jadi aku juga menyukainya” Kyuhyun menyamping, agar bisa melihat Kibum. “Katakan padaku bagaimana aku dimatamu?”

“Kau tak berubah” Kibum mengatakannya setelah keduanya lama saling tatap, seolah Kibum tengah menilai Kyuhyun dari tatapannya, sedang Kyuhyun tengah mencari kebohongan di mata Kibum –yang sejujurnya tak pernah bisa ia baca karena terlalu datar. “Masih sama seperti dulu”

“Masih seberuntung dulu?” Kibum menaikan sebelah alisnya.

Kibum menatap tajam Kyuhyun sambil mengambil posisi duduk. Ia tak suka pertanyaan itu. “Apa yang mau kau katakan?”

“Aku memikirkan banyak hal sejak menginjakan kakiku kembali ke rumah ini, sejak aku kembali bisa duduk semeja dengan kalian, sejak aku bisa masuk kembali ke kamarmu, sejak aku bisa dengan nyaman memanggilmu ‘hyung‘” jeda. Kyuhyun juga mengambil posisi duduk, namun dengan pandangan menerawang. “Bagaimana agar tak melukaimu, melukai kalian semua? Apa yang harus kulakukan selanjutnya? Aku—masih tak menemukan jawabannya”

“Mungkin karena kesalahpahaman ini berlarut-larut, aku semakin ragu menentukan jalanku” Kyuhyun menoleh akhirnya. “Alasanku kembali ke Seoul adalah agar bisa bertemu dengan kalian lagi. Tak ada alasan lagi, Kibum hyung. Tapi sambutanmu buruk sekali” ada kekehan disana.

“Aku juga tak mau kita membahas kesalahpahaman yang terjadi antara kita selama dua belas tahun hyung. Bukan karena aku tak peduli, tapi karena kalau kita terus membahasnya, itu tak akan habis dan itu akan membuka luka untuk kita. Aku tak mau kalian terutama kau terluka lagi, aku juga tak mau terluka lagi” Kyuhyun menarik tangan Kibum, menggenggamnya dengan sebuah senyum tulus diwajahnya. “Belajarlah memaafkan dirimu sendiri. Karena aku juga tengah melakukannya. Kita berdua sudah cukup menderita kan? Ayo memulai hidup baru, Kibum hyung

Kibum balas menggenggam tangan Kyuhyun, meskipun rasanya ada yang aneh. “Baiklah. Mari memulai hidup baru” Tangan Kibum terangkat, menyentuh dada Kyuhyun, merasakan detak jantung Kyuhyun disana. “Aku mau jantung ini tetap berdetak agar kita bisa hidup bersama lagi, seperti dulu”

“Aku belum memutuskan apapun untuk operasi itu” ucap Kyuhyun. Anak itu hanya tak mau Kibum banyak berharap dari operasi yang bahkan dia belum begitu yakin akan melakukannya. Kyuhyun tak mau Kibum kecewa.

“Dan kita sekarang punya kehidupan masing-masing, kau sebagai putra tunggal Tuan Kim dan aku sebagai putra tunggal Tuan Cho” lanjutnya membuat Kibum menatapnya dengan mata melebar. Apa maksud Kyuhyun?

“Jadi kalau kalian memintaku tinggal, aku tak bisa” Kibum hendak menyahut ketika Kyuhyun menggeleng lemah –meminta Kibum tetap diam. “Aku punya seseorang yang hanya hidup untukku, hanya mencurahkan dirinya untukku. Untuk seseorang itu, aku adalah kehidupannya dan aku tak akan meninggalkannya”

Ucapan Kyuhyun seperti palu yang memukul kepala Kibum. Untuk sementara, Kibum merasa dia hilang ingatan. Tak ada yang bisa dia pikirkan kecuali kalimat terakhir Kyuhyun.

“Lalu bagaimana dengan kami?” suara Kibum nyaris tak terdengar.

“Ayah dan Ibu punya kau”

Ditelinga Kibum, rasanya seperti Kyuhyun baru saja memutuskan tali persaudaraan mereka.

Keduanya tak sadar, dibalik pintu yang tertutup Tuan dan Nyonya Kim mendengarkan pembicaraan mereka.

*TBC*

7 pemikiran pada “Missin’ U (23-?)

  1. Huweeee kyu sudah membuat keputusan..
    Apakah tuan cho&kyu gak bisa tinggal srrumah aja dengan keluarga kim??

    Moga aja kyu mau melakukan operasi..

    Kalo kayak gini kasian kibum..
    Tapi kyu juga udah bahagia hidup dengan tuan cho..
    Wkwkwkwk jadi bibgung #plakk

    Ditunggu lanjutannyaaa

  2. Arietha

    Aku br tahu kl ff ni udah update lm huhuhu k mn sj diriku eoh? Kyu milih ttp tgl sm ayahnya mgkn krn hdupny lbh byk sm klrga cho

Tinggalkan komentar